Senin, 18 Februari 2013

BAB II



BAB II
TINJAUAN  PUSTAKA
A.    Lanjut Usia
1.      Pengertian Lanjut Usia
Proses menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami oleh setiap orang. Batasan orang dikatakan lansia berdasarkan UU No.13 tahun 1998 adalah 60 tahun. Depkes dikutif dari Azis (1994) lebih lanjut membuat penggolongan lansia menjadi 3 (tiga) kelompok yakni:
1.           Kelompok lansia dini (55-64 tahun), yakni keompok yang baru memasuki lansia.
2.           Kelompok lansia (65 tahun keatas).
3.           Kelompok lansia resiko tinggi, yakni lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.

2.      Proses Terjadinya Penuaan
Proses terjadinya penuaan dijelaskan dalam beberapa teori penuaan, antara lain:
1.      Biologi
a.      Teori "Genetic Clock"
     Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat adanya program jam genetik didalam nuklei. Jam ini akan berputar dalam jangka waktu tertentu dan jika jam ini sudah habis putarannya maka, akan menyebabkan berhentinya proses mitosis. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian Haiflick, (1980) dikutif Darmojo dan Martono (1999) dari teori itu dinyatakan adanya hubungan antara kemampuan membelah sel dalam kultur dengan umur spesies Mutasisomatik hal penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam menganalisis faktor-aktor penyebab terjadinya proses menua adalah faktor lingkungan yang menyebabkan terjadinya mutasi somatik.
b.      Teori “Error”
     Salah satu hipotesis yang yang berhubungan dengan mutasi sel somatik adalah hipotesis "Error Castastrophe" (Darmojo dan Martono, 1999). Menurut teori tersebut menua diakibatkan oleh menumpuknya berbagai macam kesalahan sepanjang kehidupan manusia. Akibat kesalahan tersebut akan berakibat kesalahan metabolisme yang dapat mengakibatkan kerukan sel dan fungsi sel secara perlahan.
c.       Teori “Autoimun”
     Proses menua dapat terjadi akibat perubahan protein pasca tranlasi yang dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (Self recognition). Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada permukaan sel, maka hal ini akan mengakibatkan sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya Goldstein(1989) dikutif dari Azis (1994).


d.      Teori “Free Radical”
     Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari komponen radikal bebas dalam tubuh manusia. Radikal bebas dapat berupa : superoksida (O2), Radikal Hidroksil (OH) dan Peroksida Hidrogen (H2O2). Radikal bebas sangat merusak karena sangat reaktif , sehingga dapat bereaksi dengan DNA, protein, dan asam lemak tak jenuh. Menurut Oen (1993) yang dikutif dari Darmojo dan Martono (1999) menyatakan bahwa makin tua umur makin banyak terbentuk radikal bebas, sehingga poses pengrusakan terus terjadi , kerusakan organel sel makin banyak akhirnya sel mati.
2.      Teori Sosiologi
·         Activity theory, ketuaan akan menyebabkan penurunan jumlah kegiatan secara langsung.
·         Teori kontinuitas, adanya suatu kepribadian berlanjut yang menyebabkan adanya suatu pola prilaku yang meningkatkan stress.
·         Disengagement Theory, putusnya hubungan dengan dunia luar seperti hubungan dengan masyarakat, hubungan dengan individu lain.
·         Teori Stratifikasi usia, karena orangyang digolongkan dala usia tua akan mempercepat proses penuaan.
3.      Teori Psikologis
·         Teori kebutuhan manusia dari Maslow, orang yang bisa mencapai aktualisasi menurut penelitian 5% dan tidak semua orang bisa mencapai kebtuhan yang sempurna.
·         Teori Jung, terdapat tingkatan-tingkatan hidup yang mempunyai tugas dalam perkembangan kehidupan.
·         Course of Human Life Theory, Seseorang dalam hubungan denga lingkungan ada tingkat maksimumnya.
·         Development Task Theory, Tiap tingkat kehidupan mempunyai tugas perkembangan sesuai dengan usianya.
               
3.      Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lansia
1.      Perubahan Fisik
a.      Sistem pernafasan pada lansia
·         Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.
·         Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga potensial terjadi penumpukan sekret.
·         Penurunan aktivitas paru ( mengembang & mengempisnya ) sehingga jumlah udara pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan, kalau pada pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.
·         Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas permukaan normal 50m²), Ù menyebabkan terganggunya prose difusi.
·         Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu prose oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua kejaringan.
·         CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.
·         kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus alium dari saluran nafas berkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi.
b.   Sistem persyarafan
·         Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.
·         Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.
·         Mengecilnya syaraf panca indera.
·         Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf pencium & perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
2.      Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia
a.    Penglihatan
·         Kornea lebih berbentuk skeris.
·         Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
·         Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).
·         Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap.
·         Hilangnya daya akomodasi.
·         Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang.
·         Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada skala.
b. Pendengaran.
·         Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) : Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara, antara lain nada nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.
·         Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.
·         Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya kreatin.

c.    Pengecap
·         Menurunnya kemampuan pengecap.
·         Menurunnya kemampuan pengecap sehingga mengakibatkan selera makan berkurang.
d.   Peraba.
·         Kemunduran dalam merasakan sakit.
·         Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin
3.  Perubahan cardiovaskuler pada usia lanjut.
·         Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
·         Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
·         Kehilangan elastisitas pembuluh darah kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur keduduk ( duduk ke berdiri ) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg ( mengakibatkan pusing mendadak ).
·         Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (normal ± 170/95 mmHg ).
4.      Sistem genito urinaria.
·         Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50 %, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria ( biasanya + 1 ) ; BUN meningkat sampai 21 mg % ; nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
·         Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi BAK meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya retensi urin.
·         Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.
·         Atropi vulva.
·         Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali terhadap perubahan warna.
·         Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus.
5.      Sistem endokrin / metabolik pada lansia.
·         Produksi hampir semua hormon menurun.
·         Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah.
·         Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.
·         Menurunnya aktivitas tiriod Ù BMR turun dan menurunnya daya pertukaran zat.
·         Menurunnya produksi aldosteron.
·         Menurunnya sekresi hormon bonads : progesteron, estrogen, testosteron.
·         Defisiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari sumsum tulang serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa (stess)
6.      Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut.
·         Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
·         Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit.
·         Esofagus melebar.
·         Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam lambung menurun, waktu mengosongkan menurun.
·         Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.
·         Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu ).
·         Liver ( hati ), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
7.      Sistem muskuloskeletal
·         Tulang kehilangan densikusnya Ù rapuh.
·         resiko terjadi fraktur.
·         kyphosis.
·         persendian besar & menjadi kaku.
·         pada wanita lansia > resiko fraktur.
·         Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.
·         Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek ( tinggi badan berkurang ).
·         Gerakan volunter Ù gerakan berlawanan.
·         Gerakan reflektonik Ù Gerakan diluar kemauan sebagai reaksi terhadap rangsangan pada lobus.
·         Gerakan involunter Ù Gerakan diluar kemauan, tidak sebagai reaksi terhadap suatu perangsangan terhadap lobus
·         Gerakan sekutu Ù Gerakan otot lurik yang ikut bangkit untuk menjamin efektifitas dan ketangkasan otot volunter.
8.      Perubahan sistem kulit & karingan ikat.
·         Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
·         Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan adiposa
·         Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak begitu tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi.
·         Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya aliran darah dan menurunnya sel sel yang meproduksi pigmen.
·         Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan penyembuhan luka luka kurang baik.
·         Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.
·         Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna rambut kelabu.
·         Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang menurun.
·         Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun.
·         Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak rendahnya akitfitas otot.
9.      Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan sexual.
1.      Perubahan sistem reprduksi.
·         selaput lendir vagina menurun/kering.
·         menciutnya ovarium dan uterus.
·         atropi payudara.
·         testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara berangsur berangsur.
·         dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik.
2.      Kegiatan sexual.
Sexualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan yang berhubungan dengan alat reproduksi. Setiap orang mempunyai kebutuhan sexual, disini kita bisa membedakan dalam tiga sisi : 1) fisik, Secara jasmani sikap sexual akan berfungsi secara biologis melalui organ kelamin yang berhubungan dengan proses reproduksi, 2) rohani, Secara rohani Ù tertuju pada orang lain sebagai manusia, dengan tujuan utama bukan untuk kebutuhan kepuasan sexualitas melalui pola pola yang baku seperti binatang dan 3) sosial, Secara sosial Ù kedekatan dengan suatu keadaan intim dengan orang lain yang merupakan suatu alat yang apling diharapkan dalammenjalani sexualitas.
Sexualitas pada lansia sebenarnya tergantung dari caranya, yaitu dengan cara yang lain dari sebelumnya, membuat pihak lain mengetahui bahwa ia sangat berarti untuk anda. Juga sebagai pihak yang lebih tua tampa harus berhubungan badan, msih banyak cara lain unutk dapat bermesraan dengan pasangan anda. Pernyataan pernyataan lain yang menyatakan rasa tertarik dan cinta lebih banyak mengambil alih fungsi hubungan sexualitas dalam pengalaman sex.
C.  Pengetahuan
1.      Pengertian pengetahuan
     Pengetahuan ( knowledge ) adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan ”what” , misalnya apa air, apa manusia, apa alam dan sebagainya. ( Notoatmojo, 2010 ).
     Pengetahuan adalah hasil dari tau dan ini terjadi setelah orang  melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yaitu : penglihatan, penciuman, rasa dan raba ( Notoatmojo, 2010 ).

2. Tingkatan Pegetahuan
      Pengetahuan mempunyai tingkatan yaitu
a.      Tahu ( know )
Yaitu kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk diantaranya adalah mengingat kembali ( recall ) terhadap suatu yang spesifik dari suatu bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b.      Memahami (comprehetion )
Yaitu suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat mengenterpentasikan materi tersebut secara benar.
c.       Menerapkan ( application )
Yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu kondisi atau situasi yang riil ( sebenarnya )

d.      Analisis ( analysis )
Yaitu kemampuan untuk menyebarkan materi suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu dengan yang lainnya.
e.       Sintesa ( Synthesis )
Yaitu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f.       Evaluasi ( evaluation )
Yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada, misalnya dapat mebandingkan, menaggapi pendapat dan menafsirkan sebab-sebab suatu kejadian ( Notoatmojo, 2003 )



                  b. perilaku  
             
a.    Batasan perilku
         Menurut skinner ( 1938 ) seorang ahli psikologi mengemukakan bahwa perilaku adalah respon atau reaksi terhadap stimulus ( rangsangan dari luar ), terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut merespon. ( di lihat dari bentuk respon terhadap stimulus) maka prilaku dapat di bedakan menjadi dua yaitu              ( Notoatmodjo , 2005 )
                     1.    perilaku tertutup ( covert behaviour )
respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup  (covert). respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan / kesadrarn dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat di amati secara jelas oleh orang lain
                     2.    perilaku terbuka ( overt behaviour )
respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik (practice) yang dengan muda dapat diamati atau di lihat orang lain .
                   b. Perilaku Kesehatan
         Perilaku kesehatan dapat di klasifikasikan menjadi tiga kelompok , yaitu (Notoatmodjo , 2007 )
a.   Perilaku Pemeliharaan atau usaha – usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit atau untuk penyembuhan bilamana sakit .
b.  Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan atau sering di sebut perilaku pencarian pengobatan ( healt seeking behaviour) perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. tindakan atau perilaku ini di mulai dari mengobati sendiri (self treatment)
                            c.   perilaku kesehatan lingkungan
            Bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya dan sebagainya sehingga lingkungan tesebut tidak mempengaruhi kesehatan  dengan perkataan lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungan sehingga tidak mengganggu kesehatah sendiri,   keluarga atau masyarakat . Becker ( 1979 ) yang di kutif dalam Notoatmodjo (2007) membuat     klasifikasi lain tentang perilaku, yaitu
             a.      Perilaku hidup sehat
             Adalah perilaku- perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya .
               Antara lain :
1. Makan dengan menu seimbang
2.  Tidak merokok
3. Tidak minum minuman keras dan narkoba
4.  Istirahat Kegiatan fisik secara teratur dan cukup
5.  yang cukup
6.  Mengendalikan stress
7.  Perilaku atau gaya hidup positif yang lain untuk kesehatan
               b.     Perilaku Sakit ( illness behaviour )
          perilaku sakit adalah dengan tindakan atu kegiatan seseorang yang sakit dan / atau terkena masalah kesehatan pada dirinya atau keluarganya, untuk mencari penyembuhan, atau untuk mengatasi masalah kesehatan yang lainnya . pada saat orang sakit atau anaknya sakit, ada beberapa tindakan atau perilaku yang muncul, antara lain:
                        1.     Diamkan saja ( no action )
                        2.  Mengambil tindakan dengan melakukan pengobatan sendiri            ( selt treatment atau self medication )
                        3.   Mencari penyembuhan atau pengobatan keluar yakni ke fasilitas pelayanan kesehatan , baik tradisional maupun modern .
              c.      Perilaku peran sakit ( the sick role behaviour )
        Dari segi sosiologi, orang sakit (Pasien) mempunyai peran yang mencakup hak – hak orang sakit (right) dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation). Hak dan kewajiban ini harus di ketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain (terutama keluarganya)yang selanjutnya di sebut perilaku peran orang sakit  (the sick role) Perilaku ini meliputi.
                          1.   Tindakan untuk memperoleh kesembuhan
                           2.  Tindakan untuk mengenal atau mengetahui fasilitas  kesehatan yang tepat  untuk memproleh kesembuhan

                 3.  Melakukan kewajiban sebagai pasien antara lain mematuhi nasehat – nasehat dokter atau perawat untuk mempercepat kesembuhan.
                             4. Tidak melakukan sesuatu yang merugikan bagi proses penyembuhannya
                                5.   Melakukan kewajiban agar tidak kambuh penykitnya, dan sebagainya. ( Notoatmodjo, 2007).
                c.     Domain Perilaku
    Faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda di sebut Determinan perilaku. Determinan perilaku dapat di bedakan menjadi dua yaitu :
1.        Determinan atau factor internal, yaitu Karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan, misalnya: tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya.                      2. Determinan atau faktor eksternal, yaitu lingkungan,baik lingkungan fisik, social, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominant yang mewarnai perilaku seseorang. (Notoatmodjo. 2007 ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar