BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Lanjut
Usia
1.
Pengertian Lanjut Usia
Proses
menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami oleh setiap orang. Batasan orang
dikatakan lansia berdasarkan UU No.13 tahun 1998 adalah 60 tahun. Depkes dikutif dari
Azis (1994) lebih lanjut membuat penggolongan lansia menjadi 3 (tiga) kelompok
yakni:
1.
Kelompok
lansia dini (55-64 tahun), yakni keompok yang baru memasuki lansia.
2.
Kelompok
lansia (65 tahun keatas).
3.
Kelompok
lansia resiko tinggi, yakni lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.
2.
Proses
Terjadinya Penuaan
Proses
terjadinya penuaan dijelaskan dalam beberapa teori penuaan, antara lain:
1.
Biologi
a.
Teori
"Genetic Clock"
Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi
akibat adanya program jam genetik didalam nuklei. Jam ini akan berputar dalam
jangka waktu tertentu dan jika jam ini sudah habis putarannya maka, akan
menyebabkan berhentinya proses mitosis. Hal ini ditunjukkan oleh hasil
penelitian Haiflick, (1980) dikutif Darmojo dan Martono (1999) dari teori itu
dinyatakan adanya hubungan antara kemampuan membelah sel dalam kultur dengan
umur spesies Mutasisomatik hal penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam
menganalisis faktor-aktor penyebab terjadinya proses menua adalah faktor
lingkungan yang menyebabkan terjadinya mutasi somatik.
b.
Teori
“Error”
Salah satu hipotesis yang yang berhubungan
dengan mutasi sel somatik adalah hipotesis "Error Castastrophe"
(Darmojo dan Martono, 1999). Menurut teori tersebut menua diakibatkan oleh
menumpuknya berbagai macam kesalahan sepanjang kehidupan manusia. Akibat
kesalahan tersebut akan berakibat kesalahan metabolisme yang dapat
mengakibatkan kerukan sel dan fungsi sel secara perlahan.
c. Teori “Autoimun”
Proses menua dapat terjadi
akibat perubahan protein pasca tranlasi yang dapat mengakibatkan berkurangnya
kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (Self recognition). Jika
mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada permukaan sel, maka hal ini
akan mengakibatkan sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan
tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya Goldstein(1989) dikutif dari
Azis (1994).
d. Teori “Free Radical”
Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari
komponen radikal bebas dalam tubuh manusia. Radikal bebas dapat berupa :
superoksida (O2), Radikal Hidroksil (OH) dan Peroksida Hidrogen (H2O2). Radikal
bebas sangat merusak karena sangat reaktif , sehingga dapat bereaksi dengan
DNA, protein, dan asam lemak tak jenuh. Menurut Oen (1993) yang dikutif dari
Darmojo dan Martono (1999) menyatakan bahwa makin tua umur makin banyak
terbentuk radikal bebas, sehingga poses pengrusakan terus terjadi , kerusakan
organel sel makin banyak akhirnya sel mati.
2.
Teori Sosiologi
·
Activity
theory, ketuaan akan menyebabkan penurunan jumlah kegiatan secara langsung.
·
Teori
kontinuitas, adanya suatu kepribadian berlanjut yang menyebabkan adanya suatu
pola prilaku yang meningkatkan stress.
·
Disengagement
Theory, putusnya hubungan dengan dunia luar seperti hubungan dengan masyarakat,
hubungan dengan individu lain.
·
Teori
Stratifikasi usia, karena orangyang digolongkan dala usia tua akan mempercepat
proses penuaan.
3.
Teori Psikologis
·
Teori
kebutuhan manusia dari Maslow, orang yang bisa mencapai aktualisasi menurut
penelitian 5% dan tidak semua orang bisa mencapai kebtuhan yang sempurna.
·
Teori
Jung, terdapat tingkatan-tingkatan hidup yang mempunyai tugas dalam
perkembangan kehidupan.
·
Course
of Human Life Theory, Seseorang dalam hubungan denga lingkungan ada tingkat
maksimumnya.
·
Development
Task Theory, Tiap tingkat kehidupan mempunyai tugas perkembangan sesuai dengan
usianya.
3.
Perubahan-Perubahan
yang Terjadi pada Lansia
1. Perubahan Fisik
a. Sistem pernafasan pada lansia
·
Otot
pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan,
sehingga volume udara inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dan
dangkal.
·
Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan
reaksi batuk sehingga potensial terjadi penumpukan sekret.
·
Penurunan aktivitas paru ( mengembang &
mengempisnya ) sehingga jumlah udara pernafasan yang masuk keparu mengalami
penurunan, kalau pada pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.
·
Alveoli semakin
melebar dan jumlahnya berkurang ( luas permukaan normal 50m²), Ù menyebabkan terganggunya prose difusi.
·
Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg
menggangu prose oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua
kejaringan.
·
CO2
pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga menurun yang
lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.
·
kemampuan
batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus alium dari saluran
nafas berkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi.
b. Sistem persyarafan
·
Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.
·
Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.
·
Mengecilnya syaraf panca indera.
·
Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran,
mengecilnya syaraf pencium & perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu
dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
2. Perubahan panca indera yang terjadi pada
lansia
a.
Penglihatan
·
Kornea lebih berbentuk skeris.
·
Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya
respon terhadap sinar.
·
Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).
·
Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya
adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap.
·
Hilangnya daya akomodasi.
·
Menurunnya lapang pandang & berkurangnya
luas pandang.
·
Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna
hijau pada skala.
b. Pendengaran.
·
Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) : Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran
pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara, antara lain nada nada yang
tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada
usia diatas umur 65 tahun.
·
Membran timpani menjadi atropi menyebabkan
otosklerosis.
·
Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras
karena meningkatnya kreatin.
c.
Pengecap
·
Menurunnya kemampuan pengecap.
·
Menurunnya kemampuan pengecap sehingga
mengakibatkan selera makan berkurang.
d.
Peraba.
·
Kemunduran dalam merasakan sakit.
·
Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan
dingin
3. Perubahan
cardiovaskuler pada usia lanjut.
·
Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
·
Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 %
pertahun sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.
·
Kehilangan elastisitas pembuluh darah kurangnya
efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari
tidur keduduk ( duduk ke berdiri ) bisa menyebabkan tekanan darah menurun
menjadi 65 mmHg ( mengakibatkan pusing mendadak ).
·
Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya
resistensi pembuluh darah perifer (normal ± 170/95 mmHg ).
4.
Sistem genito
urinaria.
·
Ginjal,
Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50
%, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50 %, fungsi tubulus berkurang
akibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun
proteinuria ( biasanya + 1 ) ; BUN meningkat sampai 21 mg % ; nilai ambang
ginjal terhadap glukosa meningkat.
·
Vesika
urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai
200 ml atau menyebabkan frekwensi BAK meningkat, vesika urinaria susah
dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya retensi urin.
·
Pembesaran
prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.
·
Atropi
vulva.
·
Vagina,
Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga permukaan menjadi halus,
sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali terhadap perubahan
warna.
·
Daya
sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi kapasitas
untuk melakukan dan menikmati berjalan terus.
5.
Sistem endokrin
/ metabolik pada lansia.
·
Produksi
hampir semua hormon menurun.
·
Fungsi
paratiroid dan sekesinya tak berubah.
·
Pituitary,
Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di pembuluh darah dan
berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.
·
Menurunnya
aktivitas tiriod Ù BMR turun dan menurunnya daya pertukaran zat.
·
Menurunnya
produksi aldosteron.
·
Menurunnya
sekresi hormon bonads : progesteron, estrogen, testosteron.
·
Defisiensi
hormonall dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari sumsum tulang serta
kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa (stess)
6.
Perubahan
sistem pencernaan pada usia lanjut.
·
Kehilangan
gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa terjadi setelah umur
30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
·
Indera
pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera
pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah terutama
rasa manis, asin, asam & pahit.
·
Esofagus
melebar.
·
Lambung,
rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam lambung menurun, waktu
mengosongkan menurun.
·
Peristaltik
lemah & biasanya timbul konstipasi.
·
Fungsi
absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu ).
·
Liver
( hati ), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya
aliran darah.
7.
Sistem muskuloskeletal
·
Tulang
kehilangan densikusnya Ù rapuh.
·
resiko
terjadi fraktur.
·
kyphosis.
·
persendian
besar & menjadi kaku.
·
pada
wanita lansia > resiko fraktur.
·
Pinggang,
lutut & jari pergelangan tangan terbatas.
·
Pada
diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek ( tinggi badan berkurang ).
·
Gerakan
volunter Ù gerakan berlawanan.
·
Gerakan
reflektonik Ù Gerakan diluar kemauan sebagai reaksi terhadap
rangsangan pada lobus.
·
Gerakan
involunter Ù Gerakan diluar kemauan, tidak sebagai reaksi
terhadap suatu perangsangan terhadap lobus
·
Gerakan
sekutu Ù Gerakan otot lurik yang ikut bangkit untuk
menjamin efektifitas dan ketangkasan otot volunter.
8.
Perubahan
sistem kulit & karingan ikat.
·
Kulit
keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
·
Kulit
kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan
adiposa
·
Kelenjar
kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak begitu tahan
terhadap panas dengan temperatur yang tinggi.
·
Kulit
pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya aliran darah dan
menurunnya sel sel yang meproduksi pigmen.
·
Menurunnya
aliran darah dalam kulit juga menyebabkan penyembuhan luka luka kurang baik.
·
Kuku
pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.
·
Pertumbuhan
rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna rambut kelabu.
·
Pada
wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang menurun.
·
Temperatur
tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun.
·
Keterbatasan
reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak rendahnya
akitfitas otot.
9.
Perubahan
sistem reproduksi dan kegiatan sexual.
1. Perubahan sistem reprduksi.
·
selaput
lendir vagina menurun/kering.
·
menciutnya
ovarium dan uterus.
·
atropi
payudara.
·
testis
masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara berangsur berangsur.
·
dorongan
sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik.
2. Kegiatan sexual.
Sexualitas adalah kebutuhan
dasar manusia dalam manifestasi kehidupan yang berhubungan dengan alat
reproduksi. Setiap orang mempunyai kebutuhan sexual, disini kita bisa membedakan
dalam tiga sisi : 1) fisik, Secara jasmani sikap sexual akan berfungsi secara
biologis melalui organ kelamin yang berhubungan dengan proses reproduksi, 2)
rohani, Secara rohani Ù tertuju pada orang lain sebagai manusia,
dengan tujuan utama bukan untuk kebutuhan kepuasan sexualitas melalui pola pola
yang baku seperti binatang dan 3) sosial, Secara sosial Ù kedekatan dengan suatu keadaan intim
dengan orang lain yang merupakan suatu alat yang apling diharapkan
dalammenjalani sexualitas.
Sexualitas pada lansia sebenarnya tergantung dari caranya, yaitu dengan
cara yang lain dari sebelumnya, membuat pihak lain mengetahui bahwa ia sangat
berarti untuk anda. Juga sebagai pihak yang lebih tua tampa harus berhubungan
badan, msih banyak cara lain unutk dapat bermesraan dengan pasangan anda.
Pernyataan pernyataan lain yang menyatakan rasa tertarik dan cinta lebih banyak
mengambil alih fungsi hubungan sexualitas dalam pengalaman sex.
C. Pengetahuan
1.
Pengertian pengetahuan
Pengetahuan ( knowledge ) adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab
pertanyaan ”what” , misalnya apa air, apa manusia, apa alam dan sebagainya. (
Notoatmojo, 2010 ).
Pengetahuan adalah hasil dari tau dan ini
terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra
manusia yaitu : penglihatan, penciuman, rasa dan raba ( Notoatmojo, 2010 ).
2. Tingkatan Pegetahuan
Pengetahuan mempunyai tingkatan yaitu
a.
Tahu
( know )
Yaitu kemampuan untuk
mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk diantaranya
adalah mengingat kembali ( recall ) terhadap suatu yang spesifik dari suatu
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (comprehetion )
Yaitu suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
mengenterpentasikan materi tersebut secara benar.
c.
Menerapkan
( application )
Yaitu kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu kondisi atau situasi yang
riil ( sebenarnya )
d. Analisis ( analysis )
Yaitu kemampuan untuk
menyebarkan materi suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam
suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu dengan yang
lainnya.
e. Sintesa ( Synthesis )
Yaitu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru.
f. Evaluasi ( evaluation )
Yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian menggunakan kriteria-kriteria
yang telah ada, misalnya dapat mebandingkan, menaggapi pendapat dan menafsirkan
sebab-sebab suatu kejadian ( Notoatmojo, 2003 )
b. perilaku
a. Batasan perilku
a. Batasan perilku
Menurut skinner ( 1938 ) seorang ahli
psikologi mengemukakan bahwa perilaku adalah respon atau reaksi terhadap
stimulus ( rangsangan dari luar ), terjadi melalui proses adanya stimulus
terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut merespon. ( di lihat dari
bentuk respon terhadap stimulus) maka prilaku dapat di bedakan menjadi dua
yaitu ( Notoatmodjo , 2005 )
1. perilaku
tertutup ( covert behaviour )
respon
seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). respon atau reaksi terhadap
stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan / kesadrarn
dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum
dapat di amati secara jelas oleh orang lain
2. perilaku terbuka ( overt behaviour )
respon
seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. respon
terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik (practice) yang dengan muda dapat diamati
atau di lihat orang lain .
b. Perilaku Kesehatan
Perilaku
kesehatan dapat di klasifikasikan menjadi tiga kelompok , yaitu (Notoatmodjo ,
2007 )
a. Perilaku Pemeliharaan atau usaha – usaha
seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit atau untuk
penyembuhan bilamana sakit .
b.
Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan
kesehatan atau sering di sebut perilaku pencarian pengobatan ( healt seeking behaviour) perilaku ini
adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit
dan atau kecelakaan. tindakan atau perilaku ini di mulai dari mengobati sendiri
(self treatment)
c. perilaku kesehatan lingkungan
Bagaimana seseorang merespon
lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya dan sebagainya sehingga
lingkungan tesebut tidak mempengaruhi kesehatan
dengan perkataan lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungan sehingga
tidak mengganggu kesehatah sendiri,
keluarga atau masyarakat . Becker ( 1979 ) yang di kutif dalam
Notoatmodjo (2007) membuat
klasifikasi lain tentang perilaku, yaitu
a. Perilaku hidup sehat
Adalah
perilaku- perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya .
Antara lain :
1. Makan dengan menu seimbang
2. Tidak merokok
3. Tidak minum minuman keras dan
narkoba
4.
Istirahat Kegiatan fisik secara teratur dan cukup
5. yang cukup
6. Mengendalikan
stress
7. Perilaku atau
gaya hidup positif yang lain untuk kesehatan
b. Perilaku Sakit
( illness behaviour )
perilaku sakit adalah dengan tindakan
atu kegiatan seseorang yang sakit dan / atau terkena masalah kesehatan pada
dirinya atau keluarganya, untuk mencari penyembuhan, atau untuk mengatasi
masalah kesehatan yang lainnya . pada saat orang sakit atau anaknya sakit, ada beberapa
tindakan atau perilaku yang muncul, antara lain:
1. Diamkan saja ( no action )
2. Mengambil tindakan dengan melakukan
pengobatan sendiri ( selt treatment atau self medication )
3. Mencari penyembuhan atau pengobatan keluar
yakni ke fasilitas pelayanan kesehatan , baik tradisional maupun modern .
c. Perilaku peran sakit ( the sick role behaviour )
Dari segi
sosiologi, orang sakit (Pasien) mempunyai peran yang mencakup hak – hak orang
sakit (right) dan kewajiban sebagai
orang sakit (obligation). Hak dan
kewajiban ini harus di ketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain (terutama
keluarganya)yang selanjutnya di sebut perilaku peran orang sakit (the
sick role) Perilaku ini meliputi.
1. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan
2. Tindakan untuk mengenal atau mengetahui
fasilitas kesehatan yang tepat untuk memproleh kesembuhan
3.
Melakukan kewajiban sebagai pasien antara lain mematuhi nasehat –
nasehat dokter atau perawat untuk mempercepat kesembuhan.
4. Tidak
melakukan sesuatu yang merugikan bagi proses penyembuhannya
5. Melakukan kewajiban agar tidak kambuh
penykitnya, dan sebagainya. ( Notoatmodjo, 2007).
c. Domain
Perilaku
Faktor yang membedakan respons
terhadap stimulus yang berbeda di sebut Determinan perilaku. Determinan
perilaku dapat di bedakan menjadi dua yaitu :
1.
Determinan atau factor internal, yaitu
Karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan,
misalnya: tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan
sebagainya. 2. Determinan
atau faktor eksternal, yaitu lingkungan,baik lingkungan fisik, social, budaya,
ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor
yang dominant yang mewarnai perilaku seseorang. (Notoatmodjo.
2007 ).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar